Memasuki bulan Ramadan, ibadah puasa menjadi kewajiban bagi setiap umat muslim. Namun, bolehkah ibu hamil berpuasa? Pertanyaan ini sering kali menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia. Padahal ibu hamil boleh saja tidak berpuasa jika kondisi tubuhnya tidak mendukung.
Terlebih jika Bunda memiliki gejala morning sickness yang cukup parah. Berpuasa justru akan memperburuk kondisi kesehatan tubuh. Kondisi ini secara otomatis akan berpengaruh pada perkembangan janin di dalam kandungan Bunda. Untuk itu, berikut beberapa penjelasan penting yang bisa Bunda perhatikan sebelum memutuskan untuk ikut berpuasa selama bulan Ramadan.
Bagi Bunda yang baru kali pertama menjalani kehamilan, hal terpenting yang harus diperhatikan saat memutuskan untuk berpuasa yaitu kondisi fisik Bunda sendiri. Terlebih jika saat ini usia kehamilan baru memasuki trimester pertama. Tubuh Bunda masih berada pada proses adaptasi sehingga gejala morning sickness seperti mual, muntah, dan tubuh lemas akibat penurunan nafsu makan bisa semakin parah jika berpuasa.
Tingginya perubahan hormon dalam tubuh ibu hamil di trimester pertama juga akan mempengaruhi daya tahan tubuh selama berpuasa. Jika dipaksakan berpuasa, justru dapat memicu dehidrasi dan janin rentan kekurangan nutrisi apabila Bunda memaksakan diri untuk berpuasa. Akibatnya, janin di dalam kandungan justru akan terhambat tumbuh kembangnya.
Memasuki trimester kedua, kondisi ibu hamil terbilang lebih stabil. Gejala morning sickness pun berangsur membaik. Artinya, Bunda tidak lagi merasakan mual dan muntah serta nafsu makan pun perlahan kembali normal. Dengan begitu, di usia kehamilan trimester kedua ini Bunda boleh berpuasa.
Namun demikian, Bunda tetap harus memerhatikan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh janin. Pastikan Bunda juga mencukupi kebutuhan zat besi, kalsium, dan asam folat yang sangat diperlukan si kecil di dalam kandungan. Konsumsi air minum yang cukup saat buka dan sahur, sehingga Bunda terhindar dari risiko dehidrasi. Jika diperlukan, Bunda juga bisa menambahkan vitamin tambahan, namun harus sesuai dengan anjuran dokter.
Di trimester ketiga, Bunda mungkin memiliki kondisi tubuh yang lebih bugar dibandingkan usia kehamilan sebelumnya. Akan tetapi, bukan berarti ibu hamil berpuasa di usia kehamilan saat ini tanpa risiko. Pasalnya, kelahiran si kecil bisa terjadi kapan saja sehingga Bunda harus mempersiapkan tenaga dengan mengonsumsi makanan bergizi agar kuat mengejan selama proses persalinan berlangsung.
Oleh karena itu, disarankan agar Bunda berhenti berpuasa di akhir trimester tiga atau setidaknya saat HPL sudah semakin dekat. Pada masa-masa ini, Bunda justru disarankan untuk menjaga asupan makanan yang dikonsumsi agar tubuh lebih siap menjalani proses persalinan. Selain itu, Bunda juga dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan kaya zat besi agar tidak mengalami anemia atau kekurangan sel darah merah akibat perdarahan selama persalinan berlangsung.
Bunda, pada dasarnya tidak ada larangan ibu hamil berpuasa. Namun, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan si kecil dalam kandungan sebaiknya bijaklah dalam membuat keputusan. Jangan ragu berkonsultasi terlebih dulu pada dokter jika Bunda memang berniat untuk berpuasa.
Tenang saja, jika Bunda tidak bisa berpuasa di bulan Ramadan, Bunda bisa menggantinya di hari lain serta membayar Fidyah sebesar 2 mud atau setengah dari ukuran beras zakat Fitrah. Bunda juga bisa membayarnya dalam bentuk rupiah setara dengan harga beras yang biasa dikonsumsi.
Photo Credit: Pexels
Naya
Makasih infonya Konicare