Bayi

Cara Penularan AIDS Pada Bayi

Human immunodeficiency virus atau yang dikenal dengan HIV adalah retrovirus yang akan menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia, menghancurkan dan bahkan mengganggu fungsinya. Kalau anda terinfeksi virus ini, maka anda akan menderita penurunan sistem kekebalan secara terus menerus sehingga akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Selain penularannya lewat hubungan seksual dan jarum suntik, virus ini juga bisa masuk ke dalam tubuh bayi saat dalam kandungan, proses kelahiran maupun melalui ASI. Penularan infeksi HIV dari Ibu ke anak ini masih menjadi penyebab utama infeksi HIV yang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Sampai saat ini, diperkirakan sebanyak 5,1 juta anak di dunia sudah terinfeksi HIV, dan kebanyakan penularannya dari Ibu.

Cara penularan virus HIV dari ibu ke anaknya

Seorang Ibu dengan viral load HIV yang tinggi, biasanya akan lebih mungkin untuk menularkan HIV ini pada bayinya. Mayoritas ahli kesehatan menganggap kalau risiko penularan pada bayi ini sangat rendah jika viral load ibu berada di bawah 1000 saat melahirkan. Meskipun janin dalam kandungan bisa terinfeksi, tapi penularan virus ini kebanyakan terjadi ketika proses melahirkan.

Bayi dengan Ibu pengidap HIV, akan lebih mungkin tertular kalau proses persalinan berlangsung lama dan dilahirkan secara normal. Hal tersebut karena si bayi, kemungkinan besar akan berisiko tertular oleh darah ibunya dan cairan genital yang ada di area intimnya.

Jika seorang ibu tertular HIV pada masa akhir kehamilan, maka kemungkinan besar viral loadnya akan sangat tinggi ketika melahirkan nanti, hal ini berarti risiko bayi terinfeksi HIV akan lebih tinggi. Makanya, sangat disarankan bagi suami yang terinfeksi HIV untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan istri yang sedang hamil.

Jika seorang ibu hamil berperilaku berisiko tertular HIV (sering berhubungan seks dengan berganti pasangan tanpa menggunakan kondom, pengguna narkotika dengan jarum suntik dan lainnya), sebaiknya si Ibu melakukan tes HIV tiap trimester dan tiga bulan setelah dia berperilaku berisiko HIV tersebut. Hal ini diperlukan untuk memantau kondisi si Ibu dan bayi dalam kandungan, serta mengetahui seberapa besar risiko si bayi terjangkit HIV.

Artikel Lainnya

Komentar Bunda

Alisca

ok

bermanfaat

dewiratih

bermanfaat sekali artikelnya terimakasih konicare

Lihat Komentar Lainnya

Copyright 2009 - 2022 Konimex. All right reserved
Copyright 2009 - 2022 Konimex.
All right reserved