Kegiatan membedong bayi sebenarnya bukan hanya tradisi yang dilakukan di Indonesia saja, tapi hampir di seluruh dunia, bahkan kegiatan membedong ini sudah dilakukan masyarakat Inggris sejak jaman pertengahan. Tapi seiring berjalannya waktu, tradisi membedong bayi sudah mulai ditinggalkan, terutama oleh kebanyakan masyarakat Eropa dan Amerika.
Pada dasarnya, membedong bayi tergantung kepada bagaimana cara membedong dan kain yang digunakan untuk membedong. Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika membedong bayi, diantaranya adalah.
Sampai sekarang, pro kontra membedong bayi masih menjadi pembicaraan yang hangat. Dr. Rini Sekartini, SpA(K), berpendapat kalau membedong merupakan salah satu cara untuk membuat bayi merasa hangat. Selain itu, membedong bayi dapat memberikan suasana yang nyaman dan mirip seperti ketika dalam rahim, hal inilah yang menyebabkan bayi yang tidur dalam bedongan lebih lelap.
Berbeda dengan pendapat dokter Rini, dr. Margareta Komalasari, SpA, berpendapat kalau membedong bayi terlalu kencang akan beresiko menghambat pertumbuhan tulang, bahkan dapat mengakibatkan dislokasi pinggul. Menurut dokter Margareta, pendapat yang mengatakan kalau bedong bermanfaat untuk membantu meluruskan kaki bayi, merupakan pendapat yang keliru.
Hal tersebut karena, semua bayi dilahirkan dengan bentuk kaki O. Setelah 6 bulan, baru kaki bayi akan bergerak lurus dan akhirnya menjadi normal. Jadi, untuk urusan membedong bayi, ini dikembalikan kepada anda sebagai orangtua. Kalau memang si kecil merasa nyaman dengan bedongan, silahkan saja pakai bedongan. Tapi kalau ternyata si kecil berontak, atau tidak mau di bedong, sebaiknya jangan dibedong.
Untuk menjaga kondisi bayi tetap hangat, anda bisa mengoleskan Konicare Minyak Telon, yang efektif meredakan perut kembung.
ok