Mari kita ajari si kecil apa artinya toleransi dan rasa hormat kepada orang lain yang bisa saja menganut pemahaman berbeda darinya.
Toleransi adalah kemampuan seseorang untuk menerima perbedaan dari orang lain. Hal ini baru bisa dilakukan oleh seseorang jika ia sudah merasakan dan memahami keterikatan, regulasi diri, afiliasi, dan kesadaran. Ketika ia sudah mampu menjaga hubungan yang sehat dan dekat, merasa berada dalam sebuah kelompok, serta merasa nyaman di dalamnya, juga mampu menilai sebuah situasi, melihat kekuatan, kebutuhan, dan ketertarikan orang lain.
Rasa hormat, merupakan kemampuan untuk melihat serta merayakan nilai di dalam diri kita dan orang lain. Butuh emosi, kognitif, serta kematangan sosial. Membangun rasa menghormati adalah tantangan seumur hidup, namun prosesnya dimulai sejak dini.
Berikut adalah hal yang perlu diingat oleh orangtua mengenai cara mengajarkan toleransi dan rasa hormat pada orang lain kepada anak oleh Bruce D. Perry, M.D, Ph.D, profesor di Thomas S. Trammell, Texas, Amerika.
Rasa aman
Toleransi dan rasa hormat tumbuh ketika anak merasakan keamanan. Ada dua faktor dalam diri anak untuk merasakan keamanan dalam dirinya. Pertama, adalah ia harus merasa bahwa dirinya spesial, berharga, dan diterima. Jika ia merasa diterima oleh orang lain, akan lebih mudah untuknya bisa menerima orang lain.
Yang kedua adalah level keterancaman anak dalam situasi baru. Otak memiliki sistem saraf yang menilai dan merespon pada ancaman potensial. Otak secara langsung akan memroses pengalaman baru sebagai hal yang negatif dan menilainya sebagai ancaman hingga terbukti kebalikannya. Jika ia berada dalam lingkungan yang ia kenal, pengalaman baru akan dinilainya sebagai keadaan aman dan menarik. Namun, jika keadaannya tak ia kenal dan mengancam, ia akan menilainya sebagai keadaan menakutkan.
Menghormati diri
Dalam hidup, kita pasti pernah merasa rendah diri dan tidak diingini. Ini adalah hal yang wajar. Dalam hidup, kita akan bertemu banyak orang. Semua orang tersebut akan kita jadikan parameter untuk menilai diri kita sendiri. Dari cara mereka memberi perhatian, dukungan, pujian, akan membuat kita merasa positif. Namun, saat seseorang memberi komentar negatif dan perasaan disakiti, kita akan menilai diri sebagai orang yang tak menarik dan inkompeten. Begitu pun anak kita.
Anak yang butuh dorongan
Anak yang tak bisa bertoleransi akan menjadi tipe orang yang main hakim sendiri terhadap orang yang tidak serupa dengannya. Alhasil, ia akan cenderung mengejek orang lain, usil, bahkan bully atau jahat kepada anak lain. Anak yang tak memiliki kemampuan bertoleransi akan merasa insecure terhadap statusnya, kemampuannya, kepercayaannya, dan nilai yang ia miliki.
Sementara anak yang punya masalah dengan rasa hormat akan terlihat sebagai anak yang sulit bekerja sama, dan sulit menerima saudara kandungnya, orangtuanya, dan otoritas orangtuanya. Kebanyakan, anak semacam ini memiliki masalah dengan rasa hormat kepada diri sendiri dan tak percaya diri. Namun ia akan menutupinya dengan kesombongan dan membanggakan kekuatan serta kemampuannya. Hal-hal ini ia lakukan untuk menutupi kerapuhan dirinya.
Ciri-ciri lain adalah ketika anak mulai mengatakan, "Aku payah", "Aku nakal", "Aku enggak bisa bikin itu", "Aku bodoh", atau "Rafa lebih pintar dari aku". Anak yang rendah diri akan membatasi dirinya untuk berkembang. Ia tak mencoba cukup keras, hingga pada hasilnya, ia akan ketinggalan dari teman-temannya, lalu menilai rendah dirinya sendiri.
Ghisa_Yumna
bagus bgt artikel nya sangat bermanfaat