Early Trauma: Luka Batin Anak yang Terbentuk Sejak Dini

Pernah nggak, waktu kita marah dengan nada tinggi karena anak menumpahkan air, besoknya anak jadi lebih diam dan sensitif? Terkadang hal yang kita anggap biasa atau sepele bisa mempunyai dampak yang signifikan pada anak. Si Kecil yang tadinya pemberani tiba-tiba takut setiap kali mau berangkat sekolah? Bisa jadi ada hal yang menjadi penyebab ketidaknyamanannya, seperti pengalaman tidak menyenangkan di sekolah, perpisahan yang membuat cemas, atau rasa tidak nyaman yang ia belum bisa ungkapkan dengan kata-kata. Semua ini bisa menjadi indikasi early trauma, atau luka batin yang terbentuk sejak dini. 

Hal yang sering disalahartikan oleh orang tua adalah pemikiran bahwa luka batin merupakan pertanda anak manja atau lemah. Pada kenyataannya, early trauma merupakan respons alami dari tubuh dan emosi anak yang belum bisa menyampaikan atau memahami apa yang mereka rasakan. Kabar baiknya, dengan kesadaran dan kasih orang tua, luka ini bisa dicegah dan bahkan disembuhkan.


Pahami Bahwa Anak Merasa, Meski Belum Bisa Menjelaskan

Meskipun anak kecil belum bisa berkata, “Aku sedih karena Bunda marah tanpa mau mendengar penjelasanku,” mereka tetap bisa merasakannya. Emosi mereka sudah terbentuk sejak masa bayi: sentuhan lembut, pelukan hangat, dan suara tenang adalah bentuk cinta pertama yang mereka pahami. Sebaliknya, nada tinggi, ancaman, atau perlakuan dingin dapat mereka anggap sebagai penolakan.

Karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk memberikan kesempatan bagi anak mengungkapkan perasaan, walau kadang kita menganggapnya berlebihan. Ketika anak menangis karena hal kecil bisa jadi tanda bahwa rasa aman anak sedang terganggu atau goyah. Jika emosi-emosi kecil ini terus diabaikan, pada akhirnya anak akan belajar dan terbiasa untuk menekan perasaannya. Dalam jangka panjang, perasaan yang tidak tersalurkan ini dapat membentuk unfinished business atau emosi yang belum tuntas, yang bisa muncul dalam bentuk ledakan emosi atau kesulitan menjalani hubungan di kemudian hari.


Hadir Sepenuhnya, Bukan Sekedar Fisiknya

Terkadang kita pikir kehadiran fisik orang tua sudah cukup untuk anak. Tetapi sebetulnya, kehadiran emosional juga menjadi kebutuhan yang tak kalah penting. Kehadiran ini dapat “diuji” dengan respons kita terhadap momen-momen kecil, seperti ketika anak membuat kesalahan, menangis karena hal sepele, atau bahkan ketika ia bersemangat menunjukkan gambarnya atau hal baru yang ia pelajari hari itu. Memang terlihat sederhana, tetapi di saat-saat seperti itu anak sebenarnya sedang bertanya, “Lihat aku, penting nggak buat Bunda?”. Apabila kita menanggapinya dengan senyuman dan tatapan tulus, dan kata-kata yang membangun, Si Kecil akan merasa dilihat dan dihargai. Di hati anak akan tertanam rasa “aku cukup”.


Tapi ketika orang tua merespons dengan terburu-buru, datar, atau tanpa perhatian yang sesungguhnya, sedikit demi sedikit akan terbentuk kepercayaan pada anak bahwa perasaannya tidak penting. Hal seperti inilah yang dapat menjadi akar dari luka batin yang terbawa hingga dewasa.

Bangun Kepercayaan Lewat Empati

Membangun hubungan yang penuh empati adalah salah satu kunci untuk membangun rasa aman dan mencegah trauma masa kecil pada anak. Saat Si Kecil sedang sedih, marah, atau takut, terkadang bukan solusi cepat yang mereka butuhkan, tapi sosok yang memahami dan memvalidasi perasaannya, dan juga memberi ruang untuk mengolah emosinya.

“Kamu kesal ya mainanmu direbut adek terus? Bunda ngerti sayang, pasti rasanya nggak enak.”

Terlihat sederhana, tetapi tanggapan penuh empati akan membuat anak menyadari bahwa perasaannya didengarkan dan dimengerti. Dari sinilah kepercayaan diri dan rasa aman anak akan tumbuh, karena ia tahu ia tak harus menyembunyikan perasaannya untuk tetap diterima.


Konsistensi & Kelembutan adalah Kunci

Pola asuh yang mengandalkan ancaman dan hukuman mungkin terlihat efektif dari luar, tapi terkadang efeknya justru membuat anak pandai menyembunyikan perasaannya dan patuh karena takut, bukan karena ia paham. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat mengganggu perkembangannya secara emosional, pandangan anak terhadap nilai dirinya sendiri & kemampuannya untuk membangun hubungan yang sehat.

Pada sisi lain, ketika orang tua menerapkan disiplin dengan empati, seperti menjelaskan batasan dengan tenang dan konsisten, anak akan belajar untuk mengembangkan pengendalian diri tanpa merasa takut atau rendah diri.


Luka Bisa Pulih, Asal Disadari Sejak Dini

Menurut psikolog Daniel Hughes (2007), hubungan aman antara anak dan orang tua adalah dasar dari pemulihan trauma masa kecil. Karena itu, jangan berkecil hati jika Bunda merasa pernah tidak sabar atau membentak anak, karena setiap orang tua pasti pernah merasa kelelahan. Yang terpenting adalah kita mau memperbaiki. Minta maaf pada Si Kecil, peluk mereka, dan katakan:

“Maaf ya, tadi Bunda marah. Bunda tetap sayang kamu.”

Kadang, yang dibutuhkan bukanlah nasihat yang panjang, tapi ungkapan tulus yang bisa menjadi pelukan untuk luka yang belum sempat sembuh. Anak akan belajar mencintai diri dan dunia dari cara kita menyayangi mereka.


Sentuhan Hangat yang Menenangkan Sepanjang Hari

Di usia tumbuh kembang, anak belajar banyak hal setiap harinya mulai dari mengatur emosi hingga mengenali dunia sekitar. Nggak heran kalau kadang mereka jadi lebih mudah rewel, apalagi saat merasa lelah, tidak nyaman, atau terganggu oleh hal-hal kecil seperti gigitan nyamuk & serangga. Untuk itu, rutinitas pagi bisa jadi momen penting untuk membangun rasa nyaman dan tenang sebelum mereka beraktivitas.

Salah satu cara yang bisa Bunda lakukan adalah memulai pagi dengan pijatan hangat menggunakan Konicare Minyak Telon Plus Lavender. Dengan kombinasi kehangatan khas minyak telon dan keharuman alami Lavender Oil, produk ini membantu menenangkan suasana hati anak sekaligus memberikan rasa nyaman di perut, punggung, dan dada.

Bukan hanya itu, Konicare Minyak Telon Plus Lavender juga memberikan perlindungan dari gigitan nyamuk dan serangga hingga 8 jam, cocok untuk anak yang aktif bermain seharian. Aromanya yang lembut dan menenangkan juga bisa membantu mengurangi rewel karena anak merasa lebih rileks dan terlindungi.

Gunakan setiap pagi sebagai bagian dari rutinitas setelah mandi, atau sebelum tidur malam sebagai momen bonding yang menenangkan. Karena bukan hanya tubuhnya yang butuh perlindungan, tapi juga emosinya.

Kadang, perlindungan terbaik bukan hanya dari luar, tapi juga dari rasa aman dan hangat yang anak rasakan bersama orang tuanya.



___

Referensi:

Hughes, D. A. (2007). Attachment-Focused Parenting: Effective Strategies to Care for Children. Norton & Company.





Artikel Terkait

BACK TO TOP