Kehamilan

Waspada 4 Masalah Cairan Ketuban yang Sering Terjadi pada Ibu Hamil

Cairan ketuban merupakan salah satu elemen penting dalam kehamilan. Tanpa adanya cairan ketuban, bayi tidak akan mendapatkan perlindungan yang sempurna di dalam rahim Bunda. Itulah kenapa Bunda perlu khawatir apabila terjadi masalah pada cairan ketuban. Bunda mungkin sudah tidak asing dengan kondisi ketuban pecah terlalu dini, tetapi sebetulnya masalah cairan ketuban pada ibu hamil terdiri dari beberapa macam. Yuk, Bunda, cari tahu penjelasan selengkapnya di bawah ini agar Bunda bisa waspada!

Oligohidramnion (cairan ketuban terlalu sedikit)

Mengingat fungsi perlindungan rahim yang diberikan cairan ketuban, tentunya akan menjadi masalah apabila jumlah cairan ketuban dalam rahim terlalu sedikit. Dalam istilah medis, kondisi ini dinamakan oligohidramnion, Bunda. Risikonya adalah bis memicu kegagalan plasenta. Dalam beberapa kasus, oligohdiramnion juga menjadi penyebab timbulnya gangguan perkembangan janin, bahkan kematian sebelum kelahiran. Penyebabnya beragam, bisa karena beberapa faktor berikut:

  • Konsumsi obat-obatan tertentu
  • Komplikasi kehamilan (diabetes, tekanan darah tinggi)
  • Selaput ketuban
  • Usia kehamilan melebihi 41 minggu
  • Kegagalan plasenta

Mengingat bahayanya kondisi ini, Bunda perlu mewaspadai gejala-gejala cairan ketuban terlalu sedikit. Beberapa di antaranya adalah perut yang terlihat kecil dan detak jantung bayi yang sudah terdengar walaupun usia kehamilan masih lima bulan.

Polihidramnion (cairan ketuban terlalu banyak)

Cairan ketuban yang terlalu sedikit memang tidak baik, tapi jika terlalu banyak pun juga bisa memicu risiko kesehatan janin. Dinamakan polihidramnion, kondisi ini bisa meningkatkan risiko bayi sungsang, lahir prematur, hingga risiko Bunda mengalami perdarahan setelah melahirkan.

Umumnya, gejala yang terjadi adalah rasa nyeri luar biasa pada bagian perut hingga punggung. Beberapa ibu yang mengalami polihidramnion juga terkadang merasakan sesak nafas akibat adanya pembengkakan rahim. Sayangnya, penyebab polihidramnion belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor ini bisa meningkatkan kemungkinannya, Bunda:

  • Kelainan bawaan pada janin
  • Kehamilan kembar
  • Ibu  hamil yang memiliki penyakit diabetes gestasional
  • Infeksi dalam kehamilan
  • Masalah pada jantung bayi

Perubahan warna cairan ketuban

Umumnya, cairan ketuban tidak berwarna dan tidak berbau. Namun, jika terdapat gangguan pada janin, cairan ketuban bisa berubah warna dan menimbulkan bau tidak sedap, Bunda. Biasanya, cairan ketuban berubah warna menjadi kecoklatan atau kehijauan saat kandungan sudah melebihi usia normal (posmatur). Ini karena janin mengeluarkan feses pertamanya di dalam kandungan.

Selain itu, cairan ketuban juga bisa berubah menjadi merah menyerupai darah. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, tapi yang paling sering terjadi adalah karena chorioamnionitis atau infeksi plasenta. Nah, jika warna cairan ketuban berubah menjadi merah pekat, Bunda perlu waspada karena bisa menjadi indikasi adanya kematian janin di dalam kandungan (intrauterine fetal death).

Ketuban pecah sebelum waktunya

Mungkin ini dia masalah cairan ketuban yang sering terjadi saat masa kehamilan. Cairan ketuban memang bisa saja pecah sebelum Hari Perkiraan Lahir (HPL). Namun, apabila sudah pecah sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu, maka Bunda harus waspada. Risikonya bisa cukup berbahaya, baik bagi janin maupun kesehatan Bunda. Ketuban pecah artinya janin tidak lagi memiliki pelindung di dalam rahim.

Pecahnya ketuban sebelum di bawah usia kehamilan 37 minggu bisa disebabkan oleh adanya infeksi pada vagina atau leher rahim. Ibu yang pernah menjalani prosedur operasi pada leher rahim pun berisiko mengalami hal ini. Namun, ketuban pecah sebelum waktunya pun bisa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.

Apabila Bunda merasakan ada air yang keluar dari vagina, segera ambil kain untuk menyerap cairan tersebut. Idealnya, cairan ketuban tidak berbau apapun, beda dari urine. Jadi, jika cairan yang keluar dari vagina tidak berbau, Bunda harus segera mencari bantuan medis atau langsung memberi tahu suami.

 

Masa kehamilan memang merupakan masa-masa yang rentan bagi Bunda. Untuk itu, Bunda perlu waspada apabila merasakan gejala-gejala yang dirasa bisa membahayakan janin. Terapkan juga gaya hidup yang sehat dengan rutin mengonsumsi makanan kaya nutrisi serta berolahraga. Bunda juga sebaiknya rutin berkonsultasi dengan dokter untuk memantau pertumbuhan janin di dalam kandungan ya.

Copyright 2009 - 2022 Konimex. All right reserved
Copyright 2009 - 2022 Konimex.
All right reserved